Sabtu, 27 November 2010

Berguru Kepada Ulat


Edisi IV, Romadhon 1431 H, Minggu IV Agustus 2010 M

Maha Besar Alloh, apa pun yang Dia ciptakan tidak ada yang sia-sia. Namun masalahnya, mau-kah manusia merenungkan cipta-an Alloh tersebut? Sebab jika dikatakan tidak bisa rasanya mustahil, karena manusia telah dianugerahi akal dan kemampuan berpikir, di pihak lain begitu banyak ayat-ayat Al Quran yang mengan-jurkan manusia untuk ber-pikir menggunakan akalnya. Kemudian, apabila manusia tidak mau meng-gunakan akal untuk berpikir, memi-kirkan ayat-ayat Alloh, di mana letak kemulia-annya? Apa yang membedakan manusia dengan binatang?
Dengan akal dan ilmu yang dimiliki, manusia terangkat dera-jatnya sesuai dengan janji Alloh dalam QS Al Mujadillah ayat 11, sebagai berikut :
Artinya : ”...niscaya Alloh akan meninggi-kan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Alloh Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”
Alam semesta beserta isinya merupakan ayat-ayat Alloh yang banyak mengandung bahan pere-nungan, semuanya memiliki be-nang merah yang simpulnya terikat kuat pada sang Maha Pencipta (Alloh SWT). Coba kita renungkan,  Apakah makhluk Alloh yang ber-puasa hanya manusia? Tentu tidak, terdapat sejumlah binatang yang terbiasa puasa. Hanya saja, kadar-nya, lamanya, caranya, sarat dan rukunnya berbeda. Binatang terse-but antara lain ayam betina ketika mengerami telurnya, ular yang akan berganti kulit, dan ulat sebelum menjadi kupu-kupu.  


Subhanalloh, Alloh Maha Kuasa. Alloh menciptakan isi alam dengan berbagai bentuk, baik di darat, di air, maupun di udara. Masing-masing sudah ditentukan jalan hidup dan kehidupannya me-lalui sunattulloh, semuanya merupakan obyek perenungan yang sarat akan pelajaran berharga.
Sebelum mencermati kisah perjalanan hidup ulat yang ulet, kita gambarkan dulu siklus perkem-bangbiakan ulat dan kupu-kupu secara garis besar. Dulu, waktu kita belajar di SD terdapat mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, sampai sekarang masih ingat tentang siklus daur hidup kupu-kupu. Kita mulai dari kupu-kupu dewasa, kupu-kupu dewasa betina bertelur, telur menetas menjadi ulat kecil, ulat kecil tumbuh menjadi ulat dewasa, ulat dewasa berubah menjadi kepompong, setelah beberapa waktu kepompong beru-bah menjadi kupu-kupu, dan seterusnya. Pada umumnya kupu-kupu bertelur di atas sehelai daun, daun yang dipilih sesuai dengan jenis kupu-kupu. Dasar teorinya, pada saat telur menetas menjadi ulat telah tersedia makanan.
Ulat saat pertama kali tampak di dunia, mereka berwujud sebutir telur. Ia belum bernyawa, sehingga belum berdampak apa-apa terhadap sistem kehidupan lain. Namun setelah menetas dan beraktifitas (makan), yang paling merasa terusik adalah manusia, sehingga manusia menganggap ulat adalah musuh yang harus diberantas. Penyebabnya adalah ulat memiliki sifat serakah. Bayangkan, pohon alpukat bisa gundul hanya dalam beberapa hari dimakan ulat, atau tanaman sayuran bisa hilang seketika jika ulat dibiarkan. Maka, petani sayuran dan tembakau sangat membenci ulat, sehingga lahirlah racun pembunuh ulat yang sekaligus merupakan lambang keserakahan manusia. Namun jika kita berada di pihak ulat, pandangan tersebut akan berbeda.
Ulat merupakan makhluk yang efektif dan efisien dalam segi manajemen waktu. Ia tahu diri, waktu yang tersedia untuk tampil sebagai ulat sangat terbatas, sebab fase berikutnya akan menjadi kepompong dengan suasana yang berbeda. Ia bertindak proporsional, ia makan pada saat boleh makan. Ia diam, pada saat harus diam (menjadi kepompong). Hal lain yang tampak menurut pandangan manusia, penampilan fisik ulat menjijikkan, bahkan menakutkan.
Dari sejumlah manusia, hanya beberapa gelintir saja yang menyukai ulat, yang lainnya melihat pun bergidig. Yang namanya ulat, berbulu menakutkan, gundul juga sama saja, kebanyakan orang tidak menyukainya. Dengan demikian, karakter ulat menurut pandangan manusia, sifatnya serakah, penampilannya menakutkan, sehingga banyak orang tidak suka melihatnya. Dikatakan serakah, karena selama hidup sebagai ulat pekerjaannya hanya makan, bahkan makan sambil buang kotoran. Jika daun muda habis, ia makan daun tua, daun tua habis, tangkai daun pun ia lahap juga.
Fase berikutnya menjadi kepompong, ulat harus puasa yang lamanya hampir sama dengan waktu hidupnya menjadi ulat. Proses menjadi kepompong berjalan pelan-pelan, semua dilakukan atas usaha dan kehendak sendiri. Beberapa jenis ulat berusaha memasuki masa puasa dengan membungkus dirinya tanpa bantuan pihak lain, sama artinya dengan menutup diri dari pergaulan luar atas kesadaran sendiri. Kebiasaaan makan sekehendak hati ia tinggalkan, keserakahan tak dikenal lagi, maka pelan-pelan wujudnya pun berubah. Ia puasa, bukan hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi penglihatan, pendengaran, dan tuntuan lain ia hentikan. Sampai akhirnya tiba menjadi kupu-kupu.
Pada saat ia keluar dari kepompong, ia membutuhkan perjuangan yang luar biasa berat. Ia keluar dari lubang yang sempit, pelan-pelan sesuai prosedur. Jika kita melihat secara seksama, akan merasa kasihan dan ingin membantunya agar cepat keluar. Tetapi jika dibantu, justru akan mengacaukan prosedur, karena sayap mudanya yang tipis dan halus sangat peka terhadap sentuhan. Sayap keluar pelan-pelan dalam keadaan lemas, akan berkembang pelan-pelan setelah terkena udara sampai akhirnya mengeras. Jika dipaksa, sayap akan mengkerut, dan akhirnya tidak bisa terbang (prematur).
Fase terakhir, kembali ke titik awal ia menjadi kupu-kupu yang indah mempesona. Orang yang melihat kupu-kupu akan lupa, bahwa ia semula bersifat serakah dan penampilan fisiknya menjijikan. Orang pun akan lupa, dulu ia adalah musuh manusia yang harus dibasmi. Tetapi sekarang, berubah 180 derajat. Apa penyebannya? Mari kita amati dengan cermat.
Secara fisik, wujud kupu-kupu sangat berbeda dengan ulat. Ia indah, sayapnya berwarna-warni, tua muda bahkan anak-anak sangat menyukainya. Sering terjadi, anak-anak melupakan mainan yang lain demi mengejar kupu- kupu yang indah, dan orang tua banyak yang mengkoleksi kupu-kupu sebagai hiasan. Kemudian dilihat dari kemampuannya, jauh berbeda dengan ulat. Dulu ketika ia menjadi ulat, hanya berada di satu tempat dengan aktifitas yang terbatas, efek dari aktifitasnya malah manusia merasa dirugikan. Tetapi sekarang, ia bisa terbang ke mana saja ia suka. Aktifitasnya bermanfaat, karena ketika hinggap di suatu bunga, mendatangkan manfaat dengan terjadinya penyerbukan, dan bunga yang dihinggapinya tidak pernah rusak. Keunggulan lain, dulu ketika ia menjadi ulat, makan sebanyak-banyaknya sehingga kotorannya pun banyak mengakibatkan kotor dan jijik. Sekarang setelah menjadi kupu-kupu, ia hanya makan sari bunga yang manis, sedikit tetapi bergizi. Karena makannya yang berkualitas, maka kotorannya pun tak pernah menjadi gangguan. Jarang ada orang mengetahui, seperti apa kotoran kupu-kupu? Berbeda dengan ulat, malihat sepintas saja orang sudah tahu.
Jadi, betapa Agungnya Alloh sang Maha Pencipta yang telah memberikan perumpamaan kepada manusia. Tampak adanya nilai pembelajaran tingkat tinggi pada siklus hidup kupu-kupu. Ulat dan kupu-kupu merupakan satu rangkaian yang tak terpisahkan, karena ulat merupakan anak kupu-kupu, tetapi memperlihatkan karakter yang sangat berbeda, pemisahnya adalah setelah melalui proses puasa.
Hal ini memberikan isyarat kepada kita, bahwa proses ibadah puasa yang ditempuh harus memberikan efek terhadap pening-katan kualitas hidup. Perubahan yang diharapkan terjadi pada diri orang Islam yang telah menjalankan ibadah puasa antara lain yang semula kadang-kadang memakan makanan haram atau tidak jelas haram-halalnya, sekarang berusaha hanya memilih makanan halal saja. Semula memakan apa saja yang diinginkan, sekarang hanya memilih makanan yang bergizi dan halal. Semula kurang peduli terhadap kaum dhu’afa, sekarang lebih memperhatikan. Semula bakhil/ pelit, sekarang menjadi dermawan. Semula kurang sabar dan disiplin, sekarang lebih sabar dan disiplin. Semula hanya mementingkan diri sendiri, sekarang berusaha agar hidup lebih bermanfaat bagi orang lain, dan seterusnya. Pada intinya semua berubah semakin baik, baik dalam perkataan, perbuatan, makan-minum, beribadah, maupun dalam tata cara mencari nafkah dan bergaul dengan sesama.

Wallohu a’lam bishshowab.

MULTI INFO: Berakit-rakit Ke Hulu

MULTI INFO: Berakit-rakit Ke Hulu: " v\:* {behavior:url(#default#VML);} o\:* {behavior:url(#default#VML);} w\:* {behavior:url(#default#VML);} .shape {behavior:ur..."

Berakit-rakit Ke Hulu



Edisi III, Romadhon 1431 H, Minggu III Agustus 2010 M

     Hidup enak, hidup senang, santai, tak perlu bersusah payah tapi hasil melimpah, kerja ringan tapi gaji besar, banyak harta, istri cantik, suami ganteng, anak-anak pintar dan sehat, itu adalah adalah keinginan dan kecende-rungan manusia secara umum. Makanya tak heran jika ada sebagian orang yang berpanda-ngan buat apa berpuasa itu hanya menyiksa diri. Lebih baik makan minum sepuas-puasnya, bercengkerama penuh kehanga-tan dengan istri atau suami kapan saja dia mau bahkan bila perlu bersyahwat ria dengan laki-laki atau perempuan lain. Na’udzubillah tsuma na’udzubi-llahi min dzalik.
Memang secara fitrah (alamiah) manusia menyukai dan mencintai kesenangan hidup dunia, sebagaimana dikabarkan oleh Alloh SWT dalam Al Quran surat Al Imron ayat 14 yang artinya : “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allohlah tempat kembali yang baik (surga). Akan tetapi untuk bisa menikmati itu semua perlu ada usaha bahkan kerja keras bukan dengan santai-santai apalagi malas-malasan. Tak ada kesuksesan tanpa kerja keras, tak ada keberhasilan tanpa kesungguhan, tak ada kemena-ngan  tanpa perjuangan dan pengorbanan.
Coba kita lihat bagaimana keadaan ataupun perjalanan hidup orang-orang yang telah sukses di bidangnya.
Apakah sebelum meraih kesuksesan mereka termasuk orang-orang yang malas atau orang yang giat bekerja peras keringat banting tulang. Misal pengusaha sukses Tanri Abeng. Sebelum menjadi pengusaha Real State yang sukses, dia adalah seorang sales di sebuah perusahaan. Tetapi karena kemauan dan tekadnya yang kuat untuk merubah kondisi hidupnya dari seorang perkerja biasa menjadi orang yang sukses maka dia memutar otak dan bekerja tak kenal lelah.
Rasa capek dan penat seperti tak dihiraukannya. Bisa dibayangkan betapa lelah dan capeknya karena untuk bisa meraih kesuksesan tersebut  dibutuhkan waktu yang tidak sebentar. Tapi karena kerja keras, ketekunan, keuletan, dan kesabaran (tentunya atas izin Alloh) akhirnya dia berhasil menjadi pengusaha sukses. Bob Sadino, dulunya hanya penjual telur ayam keliling yang diantar ke warung-warung tapi karena kerja keras, ketekunan, keuletan, dan kesabaran (tentunya atas izin Alloh juga) akhirnya dia berhasil menjadi pengusaha sukses yang memiliki banyak super market terkenal yang banyak dikunjungi para turis asing (bule).
Petinju legendaris dunia Muhamad Ali, untuk bisa menjadi petinju legendaris dunia dia harus melakukan latihan yang ekstra ketat dan berat. Secara rutin dia harus lari sejauh sekian kilometer dengan menggunakan jaket tertutup saat terik matahari. Dia juga harus melakukan sparing partner secara rutin sebelum bertemu dengan lawan yang sesungguhnya yang tentunya akan merasakan bogem-bogem mentah yang menyakitkan. Tapi itu semua dijalaninya dengan penuh semangat, tak kenal menyerah sampai akhirnya mengantarkan-nya menjadi petinju legendaris dunia.
Begitupun dengan orang-orang sukses lainnya seperti Valentino Rosi di bidang sport motor GP, Schumacher di Grand Prix F1, Albert Einstein ilmuwan di bidang atom (pernukliran), Thomas Alfa Edison di bidang listri dan yang lainnya. Bahkan orang-orang sukses di bidang kemungkaran seperti Es Cobar si gembong narkoba, Karl Marx si pencetus paham komunis, Charles Darwin tokoh Evolusi yang teorinya dipatahkan dan dimentahkan banyak ilmuwan baik yang sama-sama kafir maupun yang muslim seperti Dr. Harun Yahya. Mereka bisa menjadi besar tentu melalui kerja keras tanpa kenal lelah, bukan dengan ongkang-ongkang.
Bangsa dan negeri ini berhasil mengusir penjajah juga bukan dengan berleha-leha tapi melalui perjuangan yang melelahkan dan pengorbanan yang sangat besar. Betapa banyak darah para syuhada yang telah ditumpahkan, berapa banyak nyawa rakyat yang telah dikorbankan, berapa banyak harta yang telah dirampas para penjajah laknatulloh.
 Nah kalau mereka saja yang sukses dalam urusan dunia baik yang bermanfaat maupun yang menyesatkan (menimbulkan kerusakan) harus berpayah-payah, untuk meraih sebuah kemerdekaan butuh pengor-banan yang besar,  lalu bagai-mana dengan orang yang ingin sukses di dunia maupun di akhirat? Ingin selamat di dunia dan di akhirat? Pantaskah hanya dengan berpangku tangan, tanpa mau usaha dan bersabar dengan ujian atau segala kepayahan?
Tentu tidak demikian. Karena sudah menjadi aksioma (rumus, hujah tak terbantahkan) dan sunatulloh bahwa kesuk-sesan, keberhasilan dan keme-nangan hanya bisa diperoleh dengan tekad yang kuat, kerja keras, pengorbanan dan kesa-baran. Imam Syafi’i Rohima-hulloh pernah berkata yang artinya : Kamu mengharapkan kesuksesan tapi kamu tidak mau menempuh jalan-jalannya (jalan kesuksesan) maka ingatlah sesungguhnya perahu itu tidak berjalan di atas daratan”.
Memang kadang kala kita merasakan adanya kepenatan dan kejenuhan dalam melaksa-nakan ketaatan kepada Alloh SWT, seperti halnya ibadah puasa Romadhon. Tapi perlu disadari capeknya kita, jenuhnya kita, beratnya hati kita dalam melaksanakan ketaatan kepada Alloh SWT, semuanya akan diganti dengan kenikmatan yang luar biasa yang belum pernah dilihat oleh mata dan belum pernah terlintas dalam pikiran manusia.  Firman Alloh SWT dalam Al Quran surat An Naazi’at ayat 40-41 yang artinya : “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhan-Nya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)”. Ingat juga janji Alloh SWT yang artinya :” Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa (disediakan) surga yang penuh kenikmatan di sisi Tuhannya” (QS. Al Qolam ayat 34).
Tidak hanya itu, kenikmatan surga ternyata bisa mengha-puskan segala kepayahan mau-pun penderitaan hidup di dunia sebagaimana diceritakan oleh Rosululloh SAW dalam sebuah hadits shohih yang agak panjang yang artinya (cuplikannya) : “Ada calon penghuni surga yang dulunya di dunia hidupnya paling menderita, maka ketika dimasuk-kan ke dalam surga walau hanya sebentar kemudian diangkat lalu ditanya oleh Alloh SWT apakah kamu selama ini pernah merasakan penderitaan? Maka dijawabnya: tidak pernah”.
Subhanalloh, semua kepayahan dan penderitaan hidup bisa hilang seketika tatkala kita memasuki surga, tidakkah kita ingin memperolehnya?
Oleh karena itu hendaknya kita tetap bersabar dan istiqomah, sebagaimana perintah Alloh yang artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kemudian kuatkanlah kesaba-ranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Alloh supaya kamu beruntung”. (QS. Ali ‘Imron : 200). Apabila kita sabar dalam melaksanakan perintah-perintah Alloh dan menjauhi larangan-larangan-Nya IsnyaAlloh kitapun dapat meraihnya. Aamiin. 

Wallohu a’lam bishshowab.

Raih Kemuliaan dengan Puasa Romadhon



Edisi II, Romadhon 1431 H, Minggu II Agustus 2010 M

Kita semua tahu bahwa makhluk ciptaan Alloh sangat banyak jumlahnya dan beragam jenisnya. Mulai makhluk halus seperti jin dan malaikat sampai makhluk wadak seperti manusia dengan segala jenis warna kulit  dan bahasanya, binatang dengan segala family dan spesiesnya, tumbuh-tumbuhan dari yang primitif sampai tanaman keras, benda-benda angkasa seperti bintang, bulan, matahari, dan benda-benda alam lainnya.
Dari sekian makhluk-Nya yang ada  manusialah satu-satunya makhluk yang paling baik dan sempurna. Sebagai-mana firman Alloh SWT yang artinya : “Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS. At Tiin ayat 4).
Kelebihan manusia dibanding makhluk yang lain adalah menusia mempunyai akal, hati dan hawa nafsu sementara makhluk lain tidak. Dengan akal inilah manusia dapat berfikir mana yang benar mana yang salah. Dengan hati, manusia bisa memahami mana yang baik dan mana yang buruk, dan dengan hawa nafsu manusia punya keinginan untuk maju dan berkembang. Sehingga dengan perangkat ini semua mestinya manusia menjadi makhluk paling muli

Akan tetapi pada kenyataan-nya tidak sedikit manusia yang jatuh martabatnya pada derajat yang serendah-rendahnya bah-kan lebih rendah dari binatang. Hal ini karena manusia tidak bisa mengoptimalkan fungsi akal, hati dan hawa nafsu sebagaimana mestinya. Alloh SWT berfirman yang artinya : “Kemudian Kami kembalikan dia (manusia)     ke tempat yang serendah-rendahnya” (QS. At Tiin ayat 5).
Lalu bagaimana cara mengembalikan atau menjaga
agar manusia tetap menjadi makhluk yang mulia? Salah satu caranya adalah melalui ibadah puasa Romadhon. Mengapa harus dengan puasa romadhon?
Yah karena puasa Romadhon membimbing dan membentuk manusia untuk menjadi manusia yang bertakwa. Alloh SWT telah berfirman yang artinya :“ Hai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu supaya kamu menjadi orang-orang yang bertakwa” (QS. Al Baqoroh ayat 183,). Sedang orang yang bertakwa menurut pandangan Alloh SWT adalah orang yang mulia, sebagaimana firman-Nya yang artinya : “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu semua adalah yang paling takwa diantara kalian” (QS. Al Hujurot ayat 13).
Jadi kemuliaan seseorang bukan ditentukan oleh hartanya, rupanya, pangkatnya, kedudu-kannya, jabatannya, kekuasa-annya, tetapi karena ketakwa-annya. Adapun semua ketentuan yang ada dalam ibadah puasa baik yang berupa perintah maupun larangan mengandung maksud atau pelajaran agar manusia memiliki karakteristik atau sifat-sifat orang yang bertakwa. Seperti misalnya tidak boleh makan minum kecuali setelah datang waktunya, ini mengandung maksud agar manusia menjadi orang yang sabar dalam menghadapi ujian atau kesulitan hidup, tidak mudah menyerah. Ini adalah salah satu karakteristik orang yang bertakwa.
Juga agar menjadi orang yang jujur dan disiplin, walaupun waktu itu tidak ada orang yang tahu, tetapi karena belum waktunya, ia tidak mau makan dan minum, kecuali telah datang waktunya. Ia telah berlaku jujur dan disiplin kepada Alloh. Nah kalau seseorang telah dapat berlaku jujur dan disiplin kepada Alloh maka kepada manusiapun ia akan berlaku jujur dan disiplin, dan ini juga merupakan karakter orang yang bertakwa.
Disamping itu dengan merasakan tidak makan minum selama sehari penuh ia dapat merasakan betapa menderitanya orang yang tidak bisa makan selama sehari, dua hari atau bahkan lebih karena kemiskin-annya. Sehingga iapun menjadi orang yang selalu peka atau respek terhadap penderitaan orang lain.
Tidak boleh kumpul dengan suami atau istri pada siang hari saat berpuasa mengandung pelajaran agar kita bisa mengendalikan syahwat atau nafsu seksual kita, sehingga kita bisa menjaga kehormatan diri kita dan tidak terjerumus ke dalam perbuatan yang bisa menjatuhkan martabat manusia yaitu berzina. Na’udzubillah. Menjaga kehormatan diri ini juga termasuk karakter dari orang yang bertakwa.
Selama berpuasa kita diperintahkan agar senantiasa menjaga lisan kita untuk tidak berkata-kata yang kotor dan dusta. Ini tidak lain agar kita terbiasa menjadi orang yang perkataannya baik dan mengan-dung hikmah, bukan perkataan yang sia-sia apalagi dusta. Karena ciri seorang muslim yang baik (orang yang bertakwa) adalah meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat termasuk di dalamnya perkataan yang sia-sia, sebagaimana sabda Rosululloh SAW dalam sebuah hadits shohih yang artinya:” Tanda baiknya Islam seseorang adalah meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat”
Disamping itu, selama ber-puasa Romadhon kita sangat dianjurkan untuk melaksanakan sholat tarawih pada malam harinya, banyak berdzikir, banyak berdoa. ini semua mengajarkan kepada kita agar kita menjadi orang yang senantiasa ingat Alloh, dekat dengan Alloh, mengakui kebesa-ran dan kekuasaan Alloh serta mengakui kelemahan kita, ketak-berdayaan kita, keterbatasan kita dan kekurangan kita. Ada rasa ketergantungan kita kepada Alloh sehingga kita tidak menjadi orang yang ‘ujub (bangga diri), sombong dan takabur. Sikap tawadhu (rendah hati) dan tidak sombong adalah karakter orang yang bertakwa.  
Oleh karena itu mari kita laksanakan ibadah puasa dengan sebaik mungkin dengan menjaga diri dari hal-hal yang dapat membatalkan puasa ataupun   yang   dapat   merusak
ibadah puasa kita, serta kita isi bulan Romadhon dengan amalan-amalan yang sesuai tuntunan Rosululloh SAW. Dengan demikian insyaAlloh kita akan menjadi orang yang mulia seperti asalnya. Aamiin. 

Wallohu a’Iam bishshowab.







SMS GRATIS BOS.!

Group