Edisi IV, Romadhon 1431 H, Minggu IV Agustus 2010 M |
Dengan akal dan ilmu yang dimiliki, manusia terangkat dera-jatnya sesuai dengan janji Alloh dalam QS Al Mujadillah ayat 11, sebagai berikut :
Artinya : ”...niscaya Alloh akan meninggi-kan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Alloh Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”
Alam semesta beserta isinya merupakan ayat-ayat Alloh yang banyak mengandung bahan pere-nungan, semuanya memiliki be-nang merah yang simpulnya terikat kuat pada sang Maha Pencipta (Alloh SWT). Coba kita renungkan, Apakah makhluk Alloh yang ber-puasa hanya manusia? Tentu tidak, terdapat sejumlah binatang yang terbiasa puasa. Hanya saja, kadar-nya, lamanya, caranya, sarat dan rukunnya berbeda. Binatang terse-but antara lain ayam betina ketika mengerami telurnya, ular yang akan berganti kulit, dan ulat sebelum menjadi kupu-kupu.
Sebelum mencermati kisah perjalanan hidup ulat yang ulet, kita gambarkan dulu siklus perkem-bangbiakan ulat dan kupu-kupu secara garis besar. Dulu, waktu kita belajar di SD terdapat mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, sampai sekarang masih ingat tentang siklus daur hidup kupu-kupu. Kita mulai dari kupu-kupu dewasa, kupu-kupu dewasa betina bertelur, telur menetas menjadi ulat kecil, ulat kecil tumbuh menjadi ulat dewasa, ulat dewasa berubah menjadi kepompong, setelah beberapa waktu kepompong beru-bah menjadi kupu-kupu, dan seterusnya. Pada umumnya kupu-kupu bertelur di atas sehelai daun, daun yang dipilih sesuai dengan jenis kupu-kupu. Dasar teorinya, pada saat telur menetas menjadi ulat telah tersedia makanan.
Ulat saat pertama kali tampak di dunia, mereka berwujud sebutir telur. Ia belum bernyawa, sehingga belum berdampak apa-apa terhadap sistem kehidupan lain. Namun setelah menetas dan beraktifitas (makan), yang paling merasa terusik adalah manusia, sehingga manusia menganggap ulat adalah musuh yang harus diberantas. Penyebabnya adalah ulat memiliki sifat serakah. Bayangkan, pohon alpukat bisa gundul hanya dalam beberapa hari dimakan ulat, atau tanaman sayuran bisa hilang seketika jika ulat dibiarkan. Maka, petani sayuran dan tembakau sangat membenci ulat, sehingga lahirlah racun pembunuh ulat yang sekaligus merupakan lambang keserakahan manusia. Namun jika kita berada di pihak ulat, pandangan tersebut akan berbeda.
Ulat merupakan makhluk yang efektif dan efisien dalam segi manajemen waktu. Ia tahu diri, waktu yang tersedia untuk tampil sebagai ulat sangat terbatas, sebab fase berikutnya akan menjadi kepompong dengan suasana yang berbeda. Ia bertindak proporsional, ia makan pada saat boleh makan. Ia diam, pada saat harus diam (menjadi kepompong). Hal lain yang tampak menurut pandangan manusia, penampilan fisik ulat menjijikkan, bahkan menakutkan.
Dari sejumlah manusia, hanya beberapa gelintir saja yang menyukai ulat, yang lainnya melihat pun bergidig. Yang namanya ulat, berbulu menakutkan, gundul juga sama saja, kebanyakan orang tidak menyukainya. Dengan demikian, karakter ulat menurut pandangan manusia, sifatnya serakah, penampilannya menakutkan, sehingga banyak orang tidak suka melihatnya. Dikatakan serakah, karena selama hidup sebagai ulat pekerjaannya hanya makan, bahkan makan sambil buang kotoran. Jika daun muda habis, ia makan daun tua, daun tua habis, tangkai daun pun ia lahap juga.
Fase berikutnya menjadi kepompong, ulat harus puasa yang lamanya hampir sama dengan waktu hidupnya menjadi ulat. Proses menjadi kepompong berjalan pelan-pelan, semua dilakukan atas usaha dan kehendak sendiri. Beberapa jenis ulat berusaha memasuki masa puasa dengan membungkus dirinya tanpa bantuan pihak lain, sama artinya dengan menutup diri dari pergaulan luar atas kesadaran sendiri. Kebiasaaan makan sekehendak hati ia tinggalkan, keserakahan tak dikenal lagi, maka pelan-pelan wujudnya pun berubah. Ia puasa, bukan hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi penglihatan, pendengaran, dan tuntuan lain ia hentikan. Sampai akhirnya tiba menjadi kupu-kupu.
Pada saat ia keluar dari kepompong, ia membutuhkan perjuangan yang luar biasa berat. Ia keluar dari lubang yang sempit, pelan-pelan sesuai prosedur. Jika kita melihat secara seksama, akan merasa kasihan dan ingin membantunya agar cepat keluar. Tetapi jika dibantu, justru akan mengacaukan prosedur, karena sayap mudanya yang tipis dan halus sangat peka terhadap sentuhan. Sayap keluar pelan-pelan dalam keadaan lemas, akan berkembang pelan-pelan setelah terkena udara sampai akhirnya mengeras. Jika dipaksa, sayap akan mengkerut, dan akhirnya tidak bisa terbang (prematur).
Fase terakhir, kembali ke titik awal ia menjadi kupu-kupu yang indah mempesona. Orang yang melihat kupu-kupu akan lupa, bahwa ia semula bersifat serakah dan penampilan fisiknya menjijikan. Orang pun akan lupa, dulu ia adalah musuh manusia yang harus dibasmi. Tetapi sekarang, berubah 180 derajat. Apa penyebannya? Mari kita amati dengan cermat.
Secara fisik, wujud kupu-kupu sangat berbeda dengan ulat. Ia indah, sayapnya berwarna-warni, tua muda bahkan anak-anak sangat menyukainya. Sering terjadi, anak-anak melupakan mainan yang lain demi mengejar kupu- kupu yang indah, dan orang tua banyak yang mengkoleksi kupu-kupu sebagai hiasan. Kemudian dilihat dari kemampuannya, jauh berbeda dengan ulat. Dulu ketika ia menjadi ulat, hanya berada di satu tempat dengan aktifitas yang terbatas, efek dari aktifitasnya malah manusia merasa dirugikan. Tetapi sekarang, ia bisa terbang ke mana saja ia suka. Aktifitasnya bermanfaat, karena ketika hinggap di suatu bunga, mendatangkan manfaat dengan terjadinya penyerbukan, dan bunga yang dihinggapinya tidak pernah rusak. Keunggulan lain, dulu ketika ia menjadi ulat, makan sebanyak-banyaknya sehingga kotorannya pun banyak mengakibatkan kotor dan jijik. Sekarang setelah menjadi kupu-kupu, ia hanya makan sari bunga yang manis, sedikit tetapi bergizi. Karena makannya yang berkualitas, maka kotorannya pun tak pernah menjadi gangguan. Jarang ada orang mengetahui, seperti apa kotoran kupu-kupu? Berbeda dengan ulat, malihat sepintas saja orang sudah tahu.
Jadi, betapa Agungnya Alloh sang Maha Pencipta yang telah memberikan perumpamaan kepada manusia. Tampak adanya nilai pembelajaran tingkat tinggi pada siklus hidup kupu-kupu. Ulat dan kupu-kupu merupakan satu rangkaian yang tak terpisahkan, karena ulat merupakan anak kupu-kupu, tetapi memperlihatkan karakter yang sangat berbeda, pemisahnya adalah setelah melalui proses puasa.
Hal ini memberikan isyarat kepada kita, bahwa proses ibadah puasa yang ditempuh harus memberikan efek terhadap pening-katan kualitas hidup. Perubahan yang diharapkan terjadi pada diri orang Islam yang telah menjalankan ibadah puasa antara lain yang semula kadang-kadang memakan makanan haram atau tidak jelas haram-halalnya, sekarang berusaha hanya memilih makanan halal saja. Semula memakan apa saja yang diinginkan, sekarang hanya memilih makanan yang bergizi dan halal. Semula kurang peduli terhadap kaum dhu’afa, sekarang lebih memperhatikan. Semula bakhil/ pelit, sekarang menjadi dermawan. Semula kurang sabar dan disiplin, sekarang lebih sabar dan disiplin. Semula hanya mementingkan diri sendiri, sekarang berusaha agar hidup lebih bermanfaat bagi orang lain, dan seterusnya. Pada intinya semua berubah semakin baik, baik dalam perkataan, perbuatan, makan-minum, beribadah, maupun dalam tata cara mencari nafkah dan bergaul dengan sesama.
Wallohu a’lam bishshowab.