|
Begitu juga pada saat pelaksanaan sholat ‘Idul Fitri, hampir di setiap tempat sholat ‘Id baik di Masjid maupun di tanah lapang jamaahnya membludag. Sungguh luar biasa.
Memang sekilas kondisi demikian cukup menggembirakan karena hal tersebut menunjukkan kesadaran umat terhadap ajaran agamanya meningkat. Namun apakah kondisi seperti itu bisa berlanjut pada hari-hari atau bulan-bulan setelah romadhon? Jujur saja, fakta di lapangan membuktikan setelah romadhon usai dan masuk bulan syawal, aktifitas kaum muslimin mengalami penurunan. Kegiatan sholat berjamaah lima waktu di musholla, langgar dan masjid yang semula ramai kini mulai sepi. Padahal sebelumnya sholat tarowih yang jelas hukumnya sunah, nampak ramai sekali. lnilah yang menjadi pemikiran kita bersama untuk mencari jalan keluarnya. Dan berikut inii barangkali hisa menjadi upaya untuk menjaga dan mempertahankan spirit romadhon (tetap semangat dalam beramal).
Ilmui sebelum beramal
Perkara yang sangat penting bagi seseorang sebelum melakukan sebuah amalan adalah mengilmui (mengetahui) terhadap amalan yang akan dilakukannya Dengan mengetahui (baik mengenai dasar pijakannya, hukumnya, tata caranya, maksud dan tujuannya maupun manfaatnya) suatu amalan yang akan dilakukan, seseorang menjadi lebih mantap dan tenang dalam menjalan-kannya. Berbeda dengan orang yang tidak tahu terhadap apa (amalan) yang dilaku-kannya, dia pasti merasa bimbang, ragu dan gelisah dalam menger-jakannya. Karena ia melakukan amalan tersebut hanya sebatas untung-untungan tanpa ada kepastian yang jelas.
Oleh karena itu kita diperintahkan supaya mengilmui terlebih dahulu terhadap apa yang akan kita lakukan. Alloh SWT berfirman yang artinya “ Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (yang hak untuk diibadahi) kecuali Alloh” (QS. Muhammad: 19).
Dalam ayat ini Alloh SWT sangat jelas memerintahkan kepada kita agar kita mempelajari terlebih dahulu sampai kita tahu dan paham betul sebelum kita berkata dan berbuat. Dan berdasar dan ayat inilah Imam Bukhori rohimahulloh pernah berkata: Al ‘ilmu qobla al qoul wa al’amal (Ilmu itu sebelum perkataan dan perbua-tan). Disamping itu kita juga dilarang melakukan sesuatu yang kita sendiri tidak tahu terhadapnya, sebagaimana fiman Alloh SWT dalam Al quran yang artinya : “ Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyal pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya. (QS. Al Isro’: 36).
Mulailah dan yang pokok
Termasuk perkara yang penting yang harus diperhatikan dalam melak-sanakan suatu amalan adalah hendaknya memulai dan yang pokok-pokok atau wajib baru kemudian yang sunah-sunah. Hal ini dimaksudkan agar jangan sampai perkara yang pokok (wajib) menjadi tertinggal atau terbengkalai gara-gara amalan yang sunah.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim rohima-hulloh ada sebuah kisah yang menarik yang bisa menjadi pelajaran penting bagi kita dalam beramal sholih yaitu Dan Jabir ra. bahwasanya seorang laki-laki bertanya kepada Rosu!ulloh SAW “Apakah engkau berpendapat kalau saya mendinkan sholat-sholat wajib, puasa romadhon, mengha-lalkan yang halal, mengharamkan yang haram dan saya tidak menambah dengan sesuatu lainnya, apakah saya masuk surga?”. Beliau bersabda :“Ya” lalu dia berkata :“ Demi Alloh, saya tidak akan menambah sesuatu lainnya”. (HR. Muslim).
Dan riwayat tersebut di atas sangat jelas bagi kita, bahwa sebenamya apabila kita konsisten dengan perkara-perkara yang pokok (wajib) sebenarnya sudah cukup. Shohabat Umar bin Khothob ra. termasuk salah seorang yang sangat memperhatikan masalah ini.
Luruskan niat
Masalah niat sangat penting untuk diperhatikan sebelum melaksanakan sebu-ah amalan, karena niat tidak saja menentukan diterima atau tidaknya sebuah amal tetapi juga menentukan kontinuitas (kelanggengan, keterus menerusan) sebu-ah amal. Sebuah amal yang berangkat karena ingin dipuji orang, Ia akan bergairah ketika dilihat atau dip uji orang, tapi sebaliknya bila tidak ada yang melihatnya atau memujinya maka Ia akan melempem tak bergairah.
Niat yang benar adalah niat yang semata-mata hanya ditujukan untuk dan karena Alloh semata, bukan kepada yang selain.Nya. Karena memang Allohlah pemilik segala-galanya sehingga Dialah yang paling pantas dijadikan sandaran niat suatu amal. Alloh SWT berfirman yang artinya : “Katakanlah : Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Alloh dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama (QS. Az Zumar: 11).
Sebuah amal yang dikerjakan karena niat yang ikhlas karena Alloh SWT akan bisa istiqomah dan tidak mudah goyah, tidak mengenal musim dan situasi baik senang ataupun susah. Karena sadar bahwa Alloh SWT tidak akan pernah tidur dan lalai dan senantiasa akan melihatnya.
Mulailah dan sedikit demi sedikit
Sebuah amal agar bisa bertahan lama atau senantiasa istiqomah mestinya dimulai dan sedikit demi sedikit. Kalau sudah bisa berjalan dengan ajeg dan baik baru ditambah lagi dengan amal yang lainnya, itupun bertahap. Hal ini supaya tidak terasa berat, bukankah Al Qur’an juga diturunkan secara berangsur-angsur tidak sekaligus?
Sungguh amal (walaupun hanya sedikit) yang dilakukan secara tetap lebih baik dan lebih disukai Alloh SWT. Rosululloh SAW pernah bersabda yang artinya “Amalan (kebaikan) yang paling dicintal oleh Alloh yaitu yang dikerjakan dengan tetap (terus menerus), walaupun hanya sedikit “. (HR. Muslim).
Berdoa kepada Alloh SWT
Satu urusan yang tidak boleh diabaikan dan ditinggalkan dalam semua aktifitas kehidupan sehari-hari adalah berdoa kepada Alloh sWT. Karena tidak ada satu urusanpun yang luput dan campur tangan Alloh SWT. Termasuk dalam urusan amal ibadah. Tatkala kita mampu melaksanakan suatu amal atau ibadah, itu bukanlah karena kehebatan kita, akan tetapi karena semata-mata rahmat dan pertolongan Alloh SWT.
Oleh karena itu sudah semestinya agar kita bisa melaksanakan amal ibadah ataupun ketaatan kepada Alloh SWT dengan baik dan tetap, maka hendaknya kita senantiasa berdoa memohon pertolongan kepada Alloh SWT, karena tanpa rahmat dan pertolongan-Nya kita tidak bisa berbuat apa-apa.
Adapun doa-doa yang perlu kita panjatkan kepada Alloh SWT agar kita bisa tetap (tsabit) dalam beribadah kepada-Nya antara lain:
a. “ Hanya kepada Engkau (Ya Alloh) kami menyembah dan hanya kepada Engkau (Ya Alloh) kami mohon pertolongan, Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus (yaitu) jalannya orang-orang yang telah Engkau beri ni’mat atas mereka, bukan (jalannya) orang-orang yang Engkau murkai atas mereka, dan (bukan pula jalannya) orang-orang yang tersesat”. (QS. Al Faatihah : 5—7)
b. “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dan sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (karunia) (QS. Ali ‘lmron : 8)
c. “Ya Tuhan kami limpahkanlah kepada kami kesabaran dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir” (QS. Al Baqoroh : 250)
d. “Ya Alloh, tidak ada kemudahan kecuali apa yang Engkau jadikan mudah, dan jika berkenan Engkau jadikan yang sulit menjadi mudah.
e. Ya Alloh perlihatkanlah kepada kami bahwa yang benar itu benar dan berilah kami kekuatan untuk mengikutinya, dan perlihatkanlah yang salah itu salah dan berilah kami kekuatan untuk menghindarinya.
f. “Ya (Alloh) Dzat yang membolak balikkan hati, tetapkanlah hatiku atas agamaMu
g. “Ya Alloh aku berlindung kepada-Mu dan kesedihan dan kesusahan, dan dan sifat lemah dan kemalasan, dan dan sifat pengecut dan kikir, serta dan lilitan hutang dan penindasan orang.
Wallohu a’lam bishshowab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sampaikan Komentar untuk diskusi bersama