Sabtu, 27 November 2010

Berakit-rakit Ke Hulu



Edisi III, Romadhon 1431 H, Minggu III Agustus 2010 M

     Hidup enak, hidup senang, santai, tak perlu bersusah payah tapi hasil melimpah, kerja ringan tapi gaji besar, banyak harta, istri cantik, suami ganteng, anak-anak pintar dan sehat, itu adalah adalah keinginan dan kecende-rungan manusia secara umum. Makanya tak heran jika ada sebagian orang yang berpanda-ngan buat apa berpuasa itu hanya menyiksa diri. Lebih baik makan minum sepuas-puasnya, bercengkerama penuh kehanga-tan dengan istri atau suami kapan saja dia mau bahkan bila perlu bersyahwat ria dengan laki-laki atau perempuan lain. Na’udzubillah tsuma na’udzubi-llahi min dzalik.
Memang secara fitrah (alamiah) manusia menyukai dan mencintai kesenangan hidup dunia, sebagaimana dikabarkan oleh Alloh SWT dalam Al Quran surat Al Imron ayat 14 yang artinya : “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allohlah tempat kembali yang baik (surga). Akan tetapi untuk bisa menikmati itu semua perlu ada usaha bahkan kerja keras bukan dengan santai-santai apalagi malas-malasan. Tak ada kesuksesan tanpa kerja keras, tak ada keberhasilan tanpa kesungguhan, tak ada kemena-ngan  tanpa perjuangan dan pengorbanan.
Coba kita lihat bagaimana keadaan ataupun perjalanan hidup orang-orang yang telah sukses di bidangnya.
Apakah sebelum meraih kesuksesan mereka termasuk orang-orang yang malas atau orang yang giat bekerja peras keringat banting tulang. Misal pengusaha sukses Tanri Abeng. Sebelum menjadi pengusaha Real State yang sukses, dia adalah seorang sales di sebuah perusahaan. Tetapi karena kemauan dan tekadnya yang kuat untuk merubah kondisi hidupnya dari seorang perkerja biasa menjadi orang yang sukses maka dia memutar otak dan bekerja tak kenal lelah.
Rasa capek dan penat seperti tak dihiraukannya. Bisa dibayangkan betapa lelah dan capeknya karena untuk bisa meraih kesuksesan tersebut  dibutuhkan waktu yang tidak sebentar. Tapi karena kerja keras, ketekunan, keuletan, dan kesabaran (tentunya atas izin Alloh) akhirnya dia berhasil menjadi pengusaha sukses. Bob Sadino, dulunya hanya penjual telur ayam keliling yang diantar ke warung-warung tapi karena kerja keras, ketekunan, keuletan, dan kesabaran (tentunya atas izin Alloh juga) akhirnya dia berhasil menjadi pengusaha sukses yang memiliki banyak super market terkenal yang banyak dikunjungi para turis asing (bule).
Petinju legendaris dunia Muhamad Ali, untuk bisa menjadi petinju legendaris dunia dia harus melakukan latihan yang ekstra ketat dan berat. Secara rutin dia harus lari sejauh sekian kilometer dengan menggunakan jaket tertutup saat terik matahari. Dia juga harus melakukan sparing partner secara rutin sebelum bertemu dengan lawan yang sesungguhnya yang tentunya akan merasakan bogem-bogem mentah yang menyakitkan. Tapi itu semua dijalaninya dengan penuh semangat, tak kenal menyerah sampai akhirnya mengantarkan-nya menjadi petinju legendaris dunia.
Begitupun dengan orang-orang sukses lainnya seperti Valentino Rosi di bidang sport motor GP, Schumacher di Grand Prix F1, Albert Einstein ilmuwan di bidang atom (pernukliran), Thomas Alfa Edison di bidang listri dan yang lainnya. Bahkan orang-orang sukses di bidang kemungkaran seperti Es Cobar si gembong narkoba, Karl Marx si pencetus paham komunis, Charles Darwin tokoh Evolusi yang teorinya dipatahkan dan dimentahkan banyak ilmuwan baik yang sama-sama kafir maupun yang muslim seperti Dr. Harun Yahya. Mereka bisa menjadi besar tentu melalui kerja keras tanpa kenal lelah, bukan dengan ongkang-ongkang.
Bangsa dan negeri ini berhasil mengusir penjajah juga bukan dengan berleha-leha tapi melalui perjuangan yang melelahkan dan pengorbanan yang sangat besar. Betapa banyak darah para syuhada yang telah ditumpahkan, berapa banyak nyawa rakyat yang telah dikorbankan, berapa banyak harta yang telah dirampas para penjajah laknatulloh.
 Nah kalau mereka saja yang sukses dalam urusan dunia baik yang bermanfaat maupun yang menyesatkan (menimbulkan kerusakan) harus berpayah-payah, untuk meraih sebuah kemerdekaan butuh pengor-banan yang besar,  lalu bagai-mana dengan orang yang ingin sukses di dunia maupun di akhirat? Ingin selamat di dunia dan di akhirat? Pantaskah hanya dengan berpangku tangan, tanpa mau usaha dan bersabar dengan ujian atau segala kepayahan?
Tentu tidak demikian. Karena sudah menjadi aksioma (rumus, hujah tak terbantahkan) dan sunatulloh bahwa kesuk-sesan, keberhasilan dan keme-nangan hanya bisa diperoleh dengan tekad yang kuat, kerja keras, pengorbanan dan kesa-baran. Imam Syafi’i Rohima-hulloh pernah berkata yang artinya : Kamu mengharapkan kesuksesan tapi kamu tidak mau menempuh jalan-jalannya (jalan kesuksesan) maka ingatlah sesungguhnya perahu itu tidak berjalan di atas daratan”.
Memang kadang kala kita merasakan adanya kepenatan dan kejenuhan dalam melaksa-nakan ketaatan kepada Alloh SWT, seperti halnya ibadah puasa Romadhon. Tapi perlu disadari capeknya kita, jenuhnya kita, beratnya hati kita dalam melaksanakan ketaatan kepada Alloh SWT, semuanya akan diganti dengan kenikmatan yang luar biasa yang belum pernah dilihat oleh mata dan belum pernah terlintas dalam pikiran manusia.  Firman Alloh SWT dalam Al Quran surat An Naazi’at ayat 40-41 yang artinya : “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhan-Nya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)”. Ingat juga janji Alloh SWT yang artinya :” Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa (disediakan) surga yang penuh kenikmatan di sisi Tuhannya” (QS. Al Qolam ayat 34).
Tidak hanya itu, kenikmatan surga ternyata bisa mengha-puskan segala kepayahan mau-pun penderitaan hidup di dunia sebagaimana diceritakan oleh Rosululloh SAW dalam sebuah hadits shohih yang agak panjang yang artinya (cuplikannya) : “Ada calon penghuni surga yang dulunya di dunia hidupnya paling menderita, maka ketika dimasuk-kan ke dalam surga walau hanya sebentar kemudian diangkat lalu ditanya oleh Alloh SWT apakah kamu selama ini pernah merasakan penderitaan? Maka dijawabnya: tidak pernah”.
Subhanalloh, semua kepayahan dan penderitaan hidup bisa hilang seketika tatkala kita memasuki surga, tidakkah kita ingin memperolehnya?
Oleh karena itu hendaknya kita tetap bersabar dan istiqomah, sebagaimana perintah Alloh yang artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kemudian kuatkanlah kesaba-ranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Alloh supaya kamu beruntung”. (QS. Ali ‘Imron : 200). Apabila kita sabar dalam melaksanakan perintah-perintah Alloh dan menjauhi larangan-larangan-Nya IsnyaAlloh kitapun dapat meraihnya. Aamiin. 

Wallohu a’lam bishshowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sampaikan Komentar untuk diskusi bersama

SMS GRATIS BOS.!

Group