Sabtu, 11 Desember 2010

Membeli Pakaian Termahal



Edisi V, Romadhon 1431 H, Minggu I September 2010 M

Waktu tak pernah berhenti, dan sudah menjadi sunatullah terus berjalan, jam demi jam, hari demi hari meningalkan masa silam. Termasuk pula di bulan yang penuh berkah saat ini akan segera ditinggalkan sang waktu. Waktu adalah makhluk yang Allah ciptakan seba-gai dimensi yang menampung manusia dalam menorehkan catatan sejarahnya. Di dalam waktu  seluruh makhluk Allah erkumpul, masing - masing mengisinya dengan berbagai warna dan suasana. Namun sa-yangnya waktu tidak akan pernah bisa diajak kompromi untuk lebih lambat atau lebih cepat. Begitulah Allah mentaq-dirkan waktu. Al-Hasan al-Bashri berkata, “Wahai Bani Adam (manusia), sesungguhnya kalian hanyalah “kumpulan hari-hari”, maka jika hari telah berlalu berarti telah berlalu sebagian dirimu.”
Bulan Ramadhon kali ini telah berjalan menuju masa akhirnya. Sementara hara-pan Allah dengan umat-nya yang mampu meng-isi bulan Ramadhon dengan sungguh-sungguh  hanyalah satu kata yang seder-hana yaitu “takwa”.
 Sebagaimana   Firman-Nya dalam Al Baqoroh ayat 183-184 “Hai orang-orang yang beri-man, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagai-mana diwajib-kan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,..… barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih
baik bagimu jika kamu menge-tahui.
Kata takwa mungkin sangat lazim kita dengar, baik dalam kesempatan pengajian, khotbah, maupun dalam kehidupan sehari-haripun. Seperti misalnya pada persyaratan seseorang menjadi pegawai sebuah kantor tertentu, yaitu “calon pegawai harus bertakwa kepada tuhan yang maha esa”, dan lain-lain. Yang patut kita tanyakan kepada diri pribadi kita “sudahkah kita memahami apa sebenarnya hakekat takwa tersebut, kemu-dian sudahkah kita termasuk di dalamnya, atau sudahkan kita menggunakan takwa sebagai pakaian sehari-hari sebagai-mana yang Allah tegaskan dalam surat  Al A’raf ayat 26 “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi ‘aurat-mu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat”.
Berikut ini beberapa ungkapan para ulama salaf dalam menjelaskan pengertian takwa:
1.  Kholifah yang mulia Umar bin Al Khothob pernah bertanya kepada Ubai bin Ka’ab tentang takwa. Ubai bertanya: Wahai amirul mukminin, Apakah engkau pernah melewati jalanan penuh duri? Beliau menjawab: Ya. Ubai berkata lagi: Apa yang engkau lakukan? Umar menjawab: Saya teliti dengan seksama dan saya lihat tempat berpijak kedua telapak kakiku. Saya majukan satu kaki dan mundurkan yang lainnya khawatir terkena duri. Ubai menyatakan: “Itulah takwa”.
2.  Kholifah Umar bin Al Khothob pernah berkata: Tidak sampai seorang hamba kepada hakekat takwa hingga meninggalkan keraguan yang ada dihatinya.
3.  Kholifah Ali bin Abi Tholib pernah ditanya tentang takwa, lalu beliau menjawab: Takut kepada Allah, beramal dengan wahyu (Al Qur’an dan Sunnah) dan ridho dengan sedikit serta bersiap-siap untuk menhadapi hari kiamat.
4.  Ibnu Abas menyatakan: Orang yang bertakwa adalah orang yang takut dari Allah dan siksaanNya.
Sedangkan dalil dari hadits Nabi SAW tentang hal ini adalah sabda beliau, “Takwa itu disini! Takwa itu disini! Takwa itu disini! dan beliau mengisyaratan ke dadanya (Tiga kali)”.  
Takwa berasal dari Wiqoyah yaitu kalimat yang menunjukkan ten-tang penolakan terhadap sesu-atu. Al-Wiqoyah berarti apa yang menghalangi sesuatu.  Maka, takwa kita kepada Alloh berarti menjadikan penghalang antara kita dengan apa yang ditakuti dari Alloh berupa kemurkaan, kemarahan dan siksaan-Nya. Sebagian ulama menjelaskan bahwa takwa adalah: Beramal dengan menta'ati Alloh Subha-nahu wa Ta’ala berdasarkan ilmu dari Alloh dalam rangka mengharap pahala Nya serta menjauhi maksiat kepada Nya karena takut siksaan Nya. Artinya, apabila kita bertakwa maka yang ada di dalam hati dan kesadaran kita adalah, bahwa kita di setiap saat selalu berada dalam pengawasan Allah - sendiri dan sekaligus oleh dua malaikat-Nya Rakib dan Atit yang tiada sedetikpun melewatkan mere-kam amal perbua-tan kita. Allah Berfirman Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, bertak-walah kepada Alloh dan hendak-lah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Alloh, sesungguhnya Alloh Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan". (QS. Al Hasyr (59) : 18).
Selama waktu berjalan mela-lui Ramadhon kali ini, banyak hal yang seharusnya bisa kita lakukan untuk mengumpulkan modal agar bisa membeli pakai-an takwa tersebut. Selama ber-puasa kita dilarang makan minum kecuali setelah datang waktunya, atau disebut imsak (menahan diri). Termasuk juga menahan hawa nafsu kita yang terurai melalui indra kita; mata, telinga, lidah, serta hati dan pikiran kita. Ini dilakukan sebagaimana dimisalkan pada edisi terdahulu yaitu puasanya kepompong yang disempurnakan dengan membungkus dirinya. Harapannya adalah kita bisa membiasakan diri untuk men-jauhkan dari segala tindakan yang bertentangan dengan ke-tentuan agama, kita mampu melahirkan sikap pengendalian diri, kejujuran, dan sehingga pada gilirannya akan memunculkan perilaku yang hati-hati sebagaimana perkataan Ubay bin Kaab r.a tersebut.
Kondisi lapar dan dahaga dalam waktu yang relatif lama dengan segala jerih payah seka-ligus godaan yang ada, diha-rapkan bisa menumbuhkan benih-benih dalam pribadi kita sifat dan rasa kepedulian serta sosial yang tinggi, peka terhadap kepentingan umat dan masya-rakat di sekitar kita.  Demikian juga, ketika seorang muslim harus tetap semangat untuk melakukan aktifitas sehari-hari dalam kondisi lapar dan haus, ini pelajaran agar kita selalu hati-hati memanfaatkan kesempatan dan berbagai nikmat-Nya, yaitu dengan menanamkan diri menj-adi manusia yang sabar, tetap semangat beribadah dan berkar-ya walaupun dihadang  berbagai cobaan dan dan godaan.
 Ibadah sholat tarawih yang diikuti dengan ibadah - ibadah yang lain di bulan Ramadhan diharapkan mampu menggugah kesadaran kita untuk mening-katkan katauhidan dan keimanan kita terhadap Allah SWT.  InsyaAllah dengan hadirnya kesadaran ini, bisa menghantarkan kita menjadi manusia yang tahu diri bahwa sesungguhnya kita hanyalah makhluk yang wajib taat kepada Tuhannya. Disinilah kita bisa memetik hikmah kehati-hatian dalam menjaga iman.
Demikian usaha-usaha kita agar modal terkumpul untuk mampu membeli pakaian berupa pakaian takwa, pakaian termahal yang harus dikenakan setiap hari oleh orang beriman dimanapun dan kapanpun mereka berada. Jangan sampai kita merusak atau merobek pakaian takwa yang kita tenun tersebut pasca Ramadhan, seperti yang diilus-trasikan oleh Allah swt dalam firmanNya: “Dan janganlah kali-an seperti seorang perempuan yang mengurai kembali benang yang sudah dipintalnya dengan kuat menjadi cerai berai“. (An-Nahl: 92).
Masih tersisa beberapa hari ke depan sampai pada malam puncaknya yang bernama ‘laila-tul Qadar’ yang merupakan cermin dari puncak kesempatan mengumpulkan modal yang dapat dilakukan.
Lebih lanjut, apabila pakaian takwa tersebut bisa kita kenakan setiap hari, setiap saat selepas Ramadhon kali ini bayak bonus yang telah Allah janjikan, kemu-dahan dunia mapun kemudahan akherat. Firman Allah dalam surat At tholaq:4 “Barang siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah akan menjadikan baginya kemudahan dalam segala urusan”, dan  An Nisa 3 : 133 “….dan bersegeralah kepada ampunan Tuhanmu dan surga   seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa”

Allahu’alam bishshowab.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sampaikan Komentar untuk diskusi bersama

SMS GRATIS BOS.!

Group